Bukan perahu hendak karam
Aku masih bertahan
Jaga dia bernama janji
Kata akan ramainya hari
Aku masih padamu
Tuliskan rima sajak baru
Yang berabad tak habis
Eksploitasi tak tertangkis
Bersama suara teranggur
Pasca sesak telah hancur
Tak satu kan tegur
Mereka selesai kabur
Tutup pasang kelopak mata
Rebakan kuasa tersisa
Coba nanti apa yang muncul
Kira tampak buah judul
Dibalik kelopak ada parasmu
Putarkan ril ke arah baru
Gulung aku terus merepat
Tak sempat tolak surat
Ada maskara lentik
Hiasi kelopak cantik
Yang jadi tanda identik
Antik, menarik
Benar memaksaku
Tinggal kuda memacu.
Pula hidung menggula
Taburi manisnya rupa
Semangkuk penuh madu
Tersiram cecair perasan tebu
Mengambilkanku kental tinta
Guna olesi ujung pena.
Sepasang tulang menggoda
Pipi tak ternilai harta
Mendaki kala tersenyum
Tetap indah walau melamun
Membius jari tanganku
Goreskan pena pada bebatu.
Janggut romantis
Temani sepasang garis
Bibir-bibir eksotis
Tetap manis, tipis
Masih terus mengemis
Pinta sajak sebaris
Dan tentang hijabmu
Putar kendali netra pelaku
Pertanda kau miliki malu
Yang tersimpan rapi untukku
Menyuruhku terus memekik
Ucap suci pada pemilik.
Kali ini tentang laku
Aneh, kecil tergugu
Berani sapa wanara mengganggu
Yang aku pula masih ragu.
..
Dari alasan di atap
Dari retina jelas menatap
Dari lensa yang menangkap
Dari konten hati mengendap
Kau selesai menarikku
Tawar rasa pada belenggu
Rebut paksa kertas secarik
Sisipkan kekata harmonik
Semakin aku tahu
Bertambah aku terpaku
Aku terus di tempat ini
Pandangi, pikiri, bayangi
Tak ingat soal mereka
Tentang masakan beraroma
Tentang uang berbisik
Tentang nada menarik
Tanpa sekecilpun tipu
Tak punya kalimat ragu
Arah kompas tetap padamu
Sekali angin menyapu.
.
Bahwa bukan hanya kata ini
Masih ada berjuta lagi
Gegas datang padaku
Jika
kau ingin tahu
Karena sampai hari ratri
Aku jaga pandangi
Aku cipta puisi
Tak bosan hantui
Aku masih disini
Tak bisa pergi
Kemanapun hati
Baikpun sunyi..
Follow: @aryudananta on twitter!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar