Senin, 25 Februari 2013

Dia Petani Jagung


Aku kembali menulis
Hiasi kertas-kertas bergaris
Sebagai pentas pena menari
Tanpa penonton, tak ada juri

Aku kembali untuk menulis
Tumpahkan ribuan titik kecewa
Ditengah taburan sinar surya
Yang dipantul penuh purnama

Aku ke kebun tadi siang
Menengok sisa-sisa hujan
Siapa tahu nampak pelangi
Indah, cerah, warna-warni

Tak beruntung, awan kembali mendung
Buta biasan putih melengkung
Putuskan sejenak disini
Rasakan sejuknya hari

Mata menyapu setiap ujung
Terlihat dedaunan tak terhitung
Hijau menguasai seluruh kebun
Menari terbabrak bayu berhimpun

Nyala diantara daun hijau cerah
Seekor kupu-kupu berwarna merah
Dengan sepasang sayap cantik
Diam tanpa sedikitpun pekik

Sempat berpikir ‘tuk abai
Namun seolah kau melambai
Mengundang untuk ditangkap
Aku pun bersiap

Kau tak melawan
Nampak pasrah untuk digenggam
Aku masih terus mendekat
Yakin kau ku dapat

Tersisa satu langkah terakhir
Tunggu aku hadir
Tanpa sesuatu bantuan
Sendiri, dengan tangan

Semakin dekat tanganku
Tak sabar sentuh sayapmu
Tiba-tiba kau bertolak
Menjauh perlebar jarak

Sempat terbang tak tentu
Kau hinggap pada sesuatu
Hinggap di punggung petani
Yang tak layak kau ikuti

Dia hanya petani jagung
Tak pantas untuk kau sanjung
Apa yang bisa dia beri untukmu?
Hanya sisa panen pekan lalu

Kupu! Dengarlah aku!
Diapun tak ingin kehadiranmu
Kau tak akan bisa membantu
Sirami benih-benih baru

Mendekatlah padaku!
Aku yang menginginkanmu
Aku yang mencintaimu
Itu, jika kau belum tahu

follow: @aryudananta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar