Kala jemari bergetar tak tentu
Layak satu dalam minim suhu
Terambing gelombang sinar mentari
Menjauh dari pesta menari
Waktu keringat selimuti raga
Habiskan cecair sebelumnya mengeja
Pasca rasa kawon diri sendiri
Yang kemarin sempat tak kemari
Ambil sehelai daun putih
Guna gelora untuk merintih
Sempat basah tertetes cairan pori
Namu tak hilang seluruh fungsi
Rasakan enam digit kecewa
Kalian tak seperti semula
Anggap kawan selalu bersama
Berpencar mencari gula
Terlintas tengok aku terjatuh
Berlalu tanpa satu sen pun acuh
Gegas berlari menjauh
Mencar, mencari tempat berlabuh
Terlintas satu ingatan
Saat jatuh banyak titik hujan
Yang mereka kata kebersamaan
Selalu ada, tak terbantahkan
Air itu sekarang sudah terebus
Berganti menjadi uap-uap nimbus
Mengudarakan tersebut kesetiaan
Membumbung tinggi yang kau sebutkan
Dari bawah terlihat pengkhianatan
Tak ingatkah kau almarhum pialaku
Yang kau bawa sembari tak berkata
Kau nikmati milikku dengan mereka
Tertawa-tawa mencuri saja
Di baris terakhirku,
Aku akan menjadi hantumu
Berpura-pura menjadi teman
Ikuti setiap lampu terang senang
Saat tiba padam lampu
Akan aku tutup segala sisi pintu
Sebelumnya lempar desisan asap beracun
Tunggu surat mati mengayun
Ini masih satu,
Dari ratusan rencanaku.
Membalas tarikan pelatukmu
Setelah kau curi milikku peluru
Follow: @aryudananta on twitter
Cicak di DandangTM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar