Aku masih terdiam
Aku masih tetap terpejam
Dada terisi penuh penyesalan
Senapan ini tak kugunakan
Terbayang kau menjauh ditariknya
Nampak asap-asap dibalakang armadanya
Aku lupa ratusan peluru dipinggangku
Seluruh otakku menujumu
Mengapa aku tak tembak saja dia?
Dua peluru cukup untuknya
Memecah kaca-kacanya,
Memecah kepalanya.
Sejenak mulut menggerutu
Mengapa dia ada di hidupku?
Menculikmu dari istanaku
Wahai kau, permaisuriku
Seandainya dia benar lelaki
Dia akan datang kemari
Denganku beradu pedang
Memaksa nyawaku melayang
Dasar pengecut!
Dia hanya bisa merebut
Membawamu sekejap pergi
Tanpa izin, tanpa permisi
.
Terperangkap indolen
Raja tengah rasa risau
Tidur sering mengigau
Istana nyaris kacau
Penasihat membangunkanku
Menyuruhku membuka mata
“bangunlah sebentar, raja!”
“mari tengok keliling istana.”
Saat aku berjalan sendiri,
Tiba-tiba, melintaslah bidadari
Sederhana tanpa sepatu tinggi
Ku kejar sebelum dia pergi
Sampai di taman bunga,
Tampaklah dirinya.
Kupanggil dari belakang
Kudekati sebelum menghilang
Sungguh manis wajahnya,
Kejap aku terpesona
Menjawab, dia tersesat dibumi
Kebingungan ‘tuk kembali
Kuajak dia ke istana
Kuberi jamuan malam untuknya
Berpesan untuk tetap disini
Duduki kursi permaisuri
Follow : @aryudananta on twitter!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar